Selasa, 17 Oktober 2017

Fenotiazin dan Turunannya






 




  • Fenotiazin merupakan antagonis dopamin yang bekerja secara sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone.   
  • Fenotiazin memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik yang kuat sehingga dapat digunakan pada keadaan psikosis. 
  • Fenotiazin memiliki efek meredakan batuk, sehingga sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.
Turunan fenotiazin memiliki struktur kimia berupa sistem trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil.

 Turunan fenotiazin dapat digunakan pada pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat sampai berat, contohnya seperti skizofrenia, paranoid, psikoneurosis serta psikosis akut dan kronis. Banyak turunan fenotiazin yang memiliki aktivitas antiemetik, simpatolitik ataupun antikolinergik. Turunan fenotiazin juga dapat mengadakan potensiasi dengan obat-obat sedatif-hipnotika, analgetika narkotik dan anestetika sistemik.

Penggunaan fnotiazin pada dosisyang  tinggi dapat menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal, dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit serta menjadi sensitif terhadap cahaya. 

Contoh turunan fenotiazin yang digunakan sebagai antipsikosis adalah promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin, mesoridazin, perazin, butaperazin, flufenazin, asetofenazin dan carfenazin. Contoh turunan fenotiazin yang digunakan sebagai antiemetik adalah proklorperazin dan perfenazin.
Farmakodinamik dan Farmakokinetik
1.      Farmakodinamik
Klorpromazin (CPZ) memiliki efek farmakodinamik yang luas. Beberapa diantaranya berada pada organ-organ, yaitu:
Susunan saraf pusat: dapat menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan toleransi terhadap efek sedasi. Klorpromazi tidak dapat mencegah timbulnya kejang
Otot rangka: Klorpromazin dapat menimbulkan efek relaksasi otot seklet yang berada dalam keadaan spastic.
Efek endokrin: Klorpromazin dapat menghambat ovulasi dan menstruasi. Semua fenotiazin kecuali klozapin dapat menyebabkan hiperprolaktinemia melalui efek sentral penghambatan dopamin.
Kardiovaskuler: dapat menyebabkan terjadinya hipotensi berdasarkan beberapa mekanisme, diantaranya yaitu timbulnya efek inotopik pada jantung.

2.      Farmakokinetik
Semua fenotiazin dapat diabsorpsi dengan baik apabila diberikan per oral maupun parenteral. Penyebaran secara luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi berapad di paru-paru dan limfa. Sebagian fenotiazin dapat mengalami hidroksilasi dan konjugasi, sebagian lainnya dapat diubah menjadi sulfoksid yang kemudian akan diekskresi dalam feses maupun urin.




Hubungan struktur dan aktivitas

  • Kuarternerisasi pada rantai samping nitrogen akan dapat menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga dapat menghilangkan aktivitas tranquilizer. 
  • Masa kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan cara membuat bentuk esternya dengan asam lemak yang memiliki rantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat.
  •  Gugus pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron cincin. Senyawa akan memiliki aktivitas yang besar apabila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dan tidak terionisasi. Semakin besar kekuatan penarik elektro, maka semakin tinggi aktivitasnya. 
  • Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas. Substituen CF3 lebih aktif dibandingkan Cl karena mempunyai kekuatan penarik elektron yang lebih besar tetapi efek samping gejala ekstrapiramidal juga lebih besar.
  •  Substitusi R2 dengan gugus tioalkil (SCH3), senyawa akan tetap memiliki aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal. Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap memiliki aktivitas tranquilizer. 
  • Substitusi pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas tranquilizer. 
  • Bila jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, maka senyawa akan menunjukkan aktivitas tranquilizer yang optimal. 
  • Bila jumlah atom C = 2, senyawa akan menunjukkan aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan anti-Parkinson akan lebih dominan. 
  • Adanya percabangan pada posisi β-rantai alkil akan dapat mengubah aktivitas farmakologisnya. Substitusi β -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin dan antipiretiknya. Dengan adanya substitusi tersebut maka akan menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding isomer dekstro. 
  • Substitusi pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti pada fenil atau dimetilamin, dan gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas tranquilizer. 
  • Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil akan menurunkan aktivitas karena mengakibatkan meningkatnya pengaruh halangan ruang. 
  • Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas tranquilizer,dan juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal. 
  • Penggantian gugus metil yang berada pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH hanya akan sedikit meningkatkan aktivitas. 

struktur turunan fenotiazin dengan rantai samping aminoalkil 






Chlorpromazin (CPZ)

Mekanisme kerja :
Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Dosis :
Skizofrenia /psikosis :
Anak
  • Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam; Anak yang lebih tua mungkin membutuhkan 200 mg/hari atau lebih besar;
  • im, iv: 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,
  • < 5 tahun (22,7 kg): maksimum 75 mg/hari
Dewasa :
  • Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan.
  • Dosis lazim : 400-600 mg/hari,
  • beberapa pasien membutuhkan 1-2 g/hari. im.,iv.: awal: 25 mg, dapt diulang 25-50 mg , dalam 1-4 jam, naikkan bertahap sampai maksimum 400 mg/dosis setiap 4-6 jam sampai pasien terkendali;
  • Dosis lazim : 300-800 mg/hari.
  • Cegukan tidak terkendali : Oral, im.: 25-50 mg sehari 3-4 kali.
Mual muntah ;
Anak
  • Oral :0,5 -1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam bila diperlukan;
  • im, iv : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,
  • < 5 tahun (22,75 kg) : maksimum 40 mg/hari,
  • 5-12 tahun (22,7-45,5 jg) : maksimum 75 mg/hari.
Dewasa
  • Oral : 10-25 mg setiap 4-6 jam,
  • im.,iv., : 25- 50 mg setiap 4-6 jam.
Orang tua :
Gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia :
  • awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval
  • dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dst
  • Bila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan koma.





PERTANYAAN 
1. Ikatan apakah yang terjadi antara turunan fenotiazin dan reseptornya ?
2. Apakah efek samping penggunaan fenotiazin ?
3. Efek apakah yang terjadi pada penggunaan fenotiazin jangka panjang ?
4. Bagaimana mekanisme kerja fenotiazin sebagai anti histamin ?
5. Bagaimana mekanisme kerja fenotiazin sebagai skizofrenzia?  
6. Bagaimana mekanisme fenotiazin dapat menyebabkan sedasi ?
7. Faktor apa yang mempengaruhi efek sedasi pada penggunaan fenotiazin ? 

  






28 komentar:

  1. Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan fenotiazin adalah mengantuk dan mual

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimaksih atas responya, menurut risma apakah ada efek samping lain yang lebih serius akibat penggunaan fenotiazin ini ?

      Hapus
    2. menurut artikel yang saya baca reaksi distonia berat pada anak karena pemakaian fenotiazin .

      Hapus
  2. Saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no 1
    Menurut saya ikatan yg terjadi yaitu ikatan ionik pada N-R dan ikatan van der waals pada cincin aromatiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan Ikatan van der walls adalah gaya tarik menarik antarmolekul (antar kutub) dalam senyawa yang berikatan kovalen

      Hapus
    2. saya ingin menambahkan N-R bisa terjadi ikatan HBA, yaitu menerima atom hidrogen

      Hapus
  3. saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2
    CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endrokin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecual klozapin menimbulkan hiperprolaktinea lewat penghambatan efek sentral dopamin.batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul,berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.

    BalasHapus
  4. menurut sumber yang saya dapatkan, efek samping dari golongan obat fenotiazin yaitu efek sampingnya berupa perasaan mengantuk dan efek antikolinergis yang agak sering dilaporkan pada dimenhidrinat, jarang pada siklizin dan meklizin serta ejala ekstrapiramidal, efek antikolinergis, dan sedasi, yang paling ringan pada tietilperazin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan efek samping yang paling parah yaitu edema serebrospinal

      Hapus
  5. Saya ingin membantu menjawab no2, menurut artikel yang saya baca, untuk efek samping fenotiazin, penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk No 3, Penggunaan fenotiazin jangka panjang dapat menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.

      Hapus
    2. Baik saya akan menambahkan pertanyaan dari anisa,Penggunaan pada dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjangmenimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya. Contoh turunan fenotiazin yang terutama digunakan sebagai antipsikosis adalah promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin, mesoridazin, perazin (Taxilan), butaperazin, flufenazin, asetofenazin dan carfenazin. Contoh turunan fenotiazin yang terutama digunakan sebagai antiemetik adalah proklorperazin dan perfenazi

      Hapus
  6. hai kak, saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no 5 Mekanisme kerja:
    Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.

    BalasHapus
  7. Saya bantu jawab tentang mekanisme antihistamin ya 😊
    Anthistamin yg saya tau menduduki reseptor H1 H2 dan H3, kerjanya yaitu kompetitif. Jadi adanya antihistamin menghalangi ikatan histamin dengan resrptornya

    BalasHapus
  8. No.4 menurut saya, fenotiazin bekerja sebagai kompetitor histamin pada reseptor H1 sehingga histamin tidak dapat berikatan pada reseptor dan tidak terjadinya reaksi alergi

    BalasHapus
  9. Saya mencoba menjawab no 5, mekanisme obat antipsikosis salah satunya golongan fenotiazin sala satunya klorpromazin adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist), sehingga efektif untuk gejala positif, di samping berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors (Serotonin-dopamine antagonist) sehingga dapat mengatasi keadaan skizoprenia.

    BalasHapus
  10. menurut saya efek dari fenotiazin menyebabkan reaksi distonia akut yang meliputi spasme otot fasial dan skeletal serta krisis okulogirik. Efek ini lebih lazim terjadi pada usia muda (wanita muda dan remaja putri) serta lansia.

    BalasHapus
  11. Penggunaan fenotiazin jangka panjang dapat menyebabkan "tardive dyskinesia" (ritmik, pergerakan lidah, wajah, rahang yang tidak disadari [invuntary movements of tongue, face and jaw])
    *Nomor 03

    BalasHapus
  12. hallo nadia saya coba jawab pertanyaan no 2 ya
    Gejala ekstrapiramidal adalah masalah yang paling mengganggu. Gejala ini paling sering muncul pada penggunaan piperazin, fenotiazin (flufenazin, perfenazin, proklorperazin, dan trifluoperazin), butiropenon (benperidol dan haloperidol) serta sediaan bentuk depot. Gejala ini mudah dikenali tetapi tidak dapat diperkirakan secara akurat karena bergantung pada dosis, jenis obat, dan kondisi individual pasien.

    BalasHapus
  13. saya akan membantu menjawab efek samping fenotiazin, penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.

    BalasHapus
  14. 2. efek yang paling sering muncul adalah mengantuk

    BalasHapus
  15. Saya ingin membantu menjawab no2, untuk efek samping fenotiazin, penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit selta sensitifterhadap cahaya.

    BalasHapus
  16. Nadya? Untuk nomer 2 itu Gejala ekstrapiramidal adalah masalah yang paling mengganggu.. jadi gini, Gejala ekstrapiramidal termasuk di antaranya:
    - Gejala parkinson (termasuk tremor) yang akan timbul lebih sering pada orang dewasa atau lansia dan dapat muncul secara bertahap.
    - Distonia (pergerakan wajah dan tubuh yang tidak normal) dan diskinesia, yang lebih sering terjadi pada anak atau dewasa muda dan muncul setelah pemberian hanya beberapa dosis.
    - Akatisia (restlessness) yang secara karakteristik muncul setelah pemberian dosis awal yang besar dan mungkin memperburuk kondisi yang sedang diobati.
    - Tardive dyskinesia (ritmik, pergerakan lidah, wajah, rahang yang tidak disadari [invuntary movements of tongue, face and jaw]) yang biasanya terjadi pada terapi jangka panjang atau dengan pemberian dosis yang tinggi, tetapi dapat juga terjadi pada terapi jangka pendek dengan dosis rendah. Tardive dyskinesia sementara dapat timbul setelah pemutusan obat.

    BalasHapus
  17. jawaban no 2
    Gejala ekstrapiramidal adalah masalah yang paling mengganggu. Gejala ini paling sering muncul pada penggunaan piperazin, fenotiazin (flufenazin, perfenazin, proklorperazin, dan trifluoperazin), butiropenon (benperidol dan haloperidol) serta sediaan bentuk depot. Gejala ini mudah dikenali tetapi tidak dapat diperkirakan secara akurat karena bergantung pada dosis, jenis obat, dan kondisi individual pasien.

    BalasHapus
  18. no 2.
    efek samping flufenazin yang merupakan golongan fenotiazin adalah:
    kantuk, kelesuan, gangguan ekstrapiramidal (termasuk. psevdoparkinsonizm, dystonia)

    BalasHapus
  19. 6. memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.

    BalasHapus
  20. Hay nadia
    Pada mekanisme ini dapat menyebabkan ,memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis).

    BalasHapus
  21. Efek samping yang sering ditimbulkan pada pemakaian antipsikotik tipikal seperti : gangguan pergerakan seperti distonia, tremor, bradikinesia, akatisia, koreoatetosis, anhedonia, sedasi, peningkatan berat badan yang sedang, disregulasi tempertur, hiperprolaktinemia, dengan galaktorea dan amenorea pada wanita dan ginekomastia pada pria, serta disfungsi seksual pada pria dan wanita, hipotensi postural (ortostatik), interval QT memanjang, risiko terjadi fatal aritmia.
    Efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian antipsikotik atipikal seperti: gangguan pergerakan yang sedang, sedasi, hiperkolesterolemia, peningkatan berat badan sedang sampai berat, hipotensi postural, hiperprolaktinemia, kejang.
    Penggunaan secara klinis obat – obatan antipsikotik haruslah mempertimbangkan risk and benefit dari obat tersebut, sehingga terapi yang diberikan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien.

    BalasHapus

Efek Samping Isoniazid (INH)

  Isoniazid atau Isonikotinil Hidrazid   (INH) Isoniazid merupakan salah satu obat yang digunakan untuk menangani penyakit ...