Histamin adalah sebuah molekul protein dengan
rumus kimia C5H9N3, yang disimpan di dalam sel
mast dan terlibat dalam respon imun dan berperan
sebagai neurotransmitter . Histamin dapat memicu respon
inflamasi yang merupakan bagian dari respon kekebalan terhadap patogen asing .
Pelepasan
histamin terjadi sebagai akibat reaksi antara antigen dan antibodi. Histamin akan menimbulkan reaksi dengan reseptornya (H1 dan
H2) yang tersebar di berbagai jaringan tubuh.
Aktivasi reseptor H1 menyebabkan
:
1. Kontraksi otot polos
2. Meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah
3. Sekresi mukus
Aktivasi reseptor H2
menyebabkan :
1. Relaksasi otot polos
2. Sekresi asam lambung
3. Vasodilatasi
4. Flushing
Antihistamin adalah obat ataupun zat-zat yang dapat mengurangi/menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan cara memblok ikatan antara reseptor – histamin (kompetitif histamin). Antihistamin dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antagonis reseptor-H1 (H1-blockers / AH1 / antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-blockers / AH2 / zat penghambat-asam).
1.
H1-blockers
Sebagai antagonis histamin dengan cara memblok (kompetitif)
histamin pada reseptor-H1. Berdasarkan
efek kerjanya terhadap SSP, Anti Histamin H1 dibagi dalam 2 kelompok , yaitu obat generasi ke-1 dan ke-2.
a.
Obat generasi ke-1:
Obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP serta memiliki efek antikolinergis. Contohnya
: tripelenamin, oksomemazin, prometazin, feniramin, difenhidramin,
azelastin, sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen, dan oksatomida.
b.
Obat generasi ke-2:
Obat
ini ini berkhasiat antihistamin hidrofil serta sukar mencapai CCS (Cairan
Cerebrospinal). Contohnya : astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin,
setirizin, loratidin, levokabastin, dan emedastin.
Hubungan
antara struktur dengan aktifitas antagonis H1 :
a. Gugus aril (Ar) yang bersifat lipofil membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1.
b. Kuartenerisasi nitrogen pada rantai
samping tidak selalu akan menghasilkan senyawa yang kurang efektif.
c. Rantai alkil (antara atom X dan N)
akan mempunyai aktifitas optimal apabila jumlah atom C = 2 dan jarak
antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5-6 A
d. Faktor sterik juga akan mempengaruhi
aktifitas dari antagonis H1
e. Efek antihistamin akan lebih maksimal apabila
kedua cincin aromatik pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang
yang sama
2.
H2-blockers
Antagonis
histamin dengan cara memblok (kompetitif) histamin pada reseptor-H2 yang berada di lambung. Efeknya yaitu berkurangnya hipersekresi asam klorida (HCl), juga mengurangi vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambung
usus untuk mengurangi sekresi HCl dan pepsin di lambung, serta sebagai zat pelindung
tambahan pada terapi dengan kortikosteroida.
Antagonis H2 yang saat ini banyak digunakan adalah simetidine, ranitidine, famotidine,
nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari
histamin.
Hubungan struktur dan aktivitas :
a.
Modifikasi pada cincin
Cincin imidazol dapat membentuk 2
tautomer yaitu ; ‘N-H dan “N-H. bentuk ‘N-H mempunyai aktifitas 5 kali lebih kuat daripada “N-H".
b. Modifikasi pada rantai samping
Pemendekan rantai akan
menurunkan aktivitas antagonis H2, dan penambahan panjang akan meningkatkan antagonis H2. Pertukaran 1 gugus metilen pada rantai samping
dengan isosteriktioeter akan dapat meningkatkan aktivitas antagonis.
c.
Modifikasi pada gugus N
Penggantian antara gugus amino rantai
samping dengan gugus guanidine yang bersifat basa kuat maka akan menghasilkan
efek antagonis H2 yang lemah dan masih bersifat parsial agonis. Penggantian gugus
guanidine yang bermuatan positif dengan gugus tiorurea yang tidak bermuatan
atau tidak terionisasi pada pH tubuh dan bersifat polar serta masih membentuk
ikatan hydrogen maka akan menghilangkan efek agonis dan memberikan efek
antagonis H2 100 x lebih kuat dibanding “N-H.
Menurut
struktur kimianya antihistamini dapat dibagi dalam beberapa kelompok, dengan rumus dasar yaitu :
Dimana :
X= atom
O,N atau C; R= gugus aromatic dan/atau
heterosiklik
R1
dan R2 = gugus metal atau heterosiklik.
Inti molekul
terdiri atas etilamin, yang juga terdapat dalam molekul histamine. Adakalanya
gugus ini merupakan bagian dari suatu struktur siklik, contohnya pada
antazolin dan klemastin.
Turunan
Eter Amino Alkil (Kolamin), Turunan Etilendiamin
dan Turunan Propilamin
A.
Turunan
Eter Amino Alkil (Kolamin)
Struktur Umum : Ar(Ar-CH2)
CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan
struktur dan aktifitas :
1. Penambahan
gugus Cl, Br dan OCH3 pada cincin aromatik akan dapat meningkatkan
aktivitas dan menurunkan efek samping.
2. Penambahan
gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatik dapat meningkatkan aktivitas,
tetapi penambahan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan
meningkatkan aktifitas antikolinergik.
3. Senyawa
turunan ini mempunyai aktivitas antikolinergik
karena mempunyai struktur yang mirip dengan eter aminoalkohol.
Turunan :
1.
Dipenhidramin HCl
- Difenhidramin disintesis dengan cara mengkondensasikan benzhidril bromida dengan dimetil amino etanol dengan natrium karbonat.
- Diberikan secara oral ataupun parenteral untuk pengobatan urtikaria, rinitis musiman , antiemetik dan obat batuk.
- Difenhidramin diikat oleh plasma protein 80-98%, kadar tertinggi dapat dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian secara oral.
2.
Dimenhidrinat; Dramamine
- Disintesis dengan cara mereaksikan difenhidramin dengan 8-kloroteofilin.
- Adanya turunan purin sehingga memiliki efek menstimulasi system syarat pusat.
- Dapat digunakan untuk mabuk perjalanan dan untuk mengatasi rasa mual pada waktu hamil.
3.
Karbinoksamin Maleat ; Colistin maleat
- Karbinoksamin merupakan antihistamin poten yang memiliki efek sedasi yang kurang menonjol dan tersedia sebagai campuran rasemik.
- Bentuk basa bebasnya berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam lipid. Garam maleat berbentuk kristal putih, larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol dan kloroform.
- Perbedaan struktur karbinoksamin dengan klorfeniramin terletak pada atom oksigen yang dipisahkan oleh atom karbon asimetrik dari rantai samping aminoetil. Isomer levo karbinoksamin yang lebih aktif mempunyai konfigurasi absolut S dan dapat superimposabel dengan isomer klorfeniramin yang mempunyai konfigurasi absolut S.
B.
Turunan Etilendiamin
Struktur umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
- Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan pada CNS dan gastro intestinal
- Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang.
- Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
Hubungan struktur dan aktifitas
1. Struktur Mebhidrolin
nafadisilat memiliki rantai samping amiopropil dalam sistem
heterosiklik karbolin serta bersifat kaku.
2. Antazolin
HCl memiliki aktivitas antihistamin yang lebih rendah dibanding turuan
etilendiamin lain.
3. Tripelnamain
HCl memiliki efek antihistamin yang sebanding dengan dufenhidramin , dengan efek
samping yang lebih rendah.
Turunan :
Fenzebamin
Fenbenzamin adalah salah satu anti histamin kuat dan
merupakan model untuk deret senyawa yang mempunyai struktur umum.
1. Tripelenamin sitrat, Pyribenzamin
citrate; piridin dihidrogen sitrat (1:1)
Turunan fenbenzamin dimana terdapat
satu penggantian isosterik sederhana, yaitu gugus fenil diganti dengan gugus
piridil. Penggaraman dengan asam sitrat, karena garam sitrat kurang pahit
dibanding garam HCl, sehingga rasanya lebih enak. Dosis kedua garam harus disetarakan: 30 mg garam sitrat setara
dengan 20 mg garam hidrokloridanya.
2. Tripelenamin Hidroklorida
Tripelenamin HCl merupakan
serbuk kristal putih, akan berubah menjadi gelap dengan adanya cahaya. Garam
yang larut dalam air (1: 0,77) dan dalam alkohol (1:6). Mempunyai pKa sekitar 9
, pada larutan 0,1 % merupakan pH 5,5. Jika diberikan per oral, absorbsinya
baik dan efektifitasnya sama dengan difenhidramin dan reaksi sampingnya lebih
sedikit dan lebih ringan. Dapat menyebabkan kantuk dan harus dihindarkan pemakaian
dengan minuman beralkohol.
3. Pirilamin Maleat
Pirilamin maleat merupakan antihistamin yang
kurang poten, tetapi poten dalam mengantagonis kontraksi terinduksi histamin
pada ileum.Basa bebas berbentuk seperti minyak,
tersedia sebagai garam asam maleat., yang berupa serbuk kristal putih dengan
sedikit bau, berasa pahit dan asin.
C.
Turunan
Propilamin
Antihistamin
golongan propilamin merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Golongan ini cenderung tidak membuat kantuk. Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan
rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N merupakan faktor penting untuk aktivitas antihistamin. Gugus
pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
Turunan :
Pada alkena (tidak jenuh), aktivitas antihistamin konfigurasi E sangat bernea dibandingkan dengan
konfigurasi Z, sebagai contoh: E-Pirobutamin sekitar 165 kali lebih
poten dari pada Z-Pirobutamin;
E-Triprolidin
aktivitasnya sekitar 1000 kali lebih
poten dibandingkan dengan Z-triprolidin.
Perbedaan
ini dikarenakan jarak antara amina
alifatik tersier dengan salah satu cincin aromatik sekitar 5-6 Ao,
yang jarak tersebut diperlukan dalam ikatan sisi reseptor.
1. Klorfeniramini maleat ; Chlortrimeton maleat ; CTM ; Pehachlor
Berupa
puder kristalin putih, dapat larut dalam air, alkohol dan kloroform. Mempunyai pKa
9,2 dan larutannya dalam air mempunyai pH 4-5.
Klorinasi
ferinamin pada posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x
dengan perubahan toksisitas tidak begitu besar.
Hampir
semua aktivitas antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan
brom feniramin lebih kuat daripada levonya.
2.
Dekstroklorfeniramin maleat = Polaramine maleat
Merupakan
enantiomer klorfeniramin yang memutar kekanan. Isomer ini memiliki aktivitas anti histamin yang paling dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super imposable pada konfigurasi enantiomorf karbinoksamin levorotatori yang lebih aktif.
3.Bromfeniramin
maleat = Dometane maleat
Kegunaannya sama dengan klorfeniramin maleat. Senyawa ini mempunyai waktu kerja yang lebih panjang dan efektif dalam dosis 50 x
lebih kecil daripada dosis tripelenamin.
PERTANYAAN
1. Bagaimanakah mekanisme anti histamin sebagai terapi anti alergi ?
2. Golongan anti histamin apa yang sering digunakan dalam mengatasi alergi ringan ?
3. Sebutkan salah satu contoh anti histamin H-2blocker dan mekanisme kerjanya ?
4. Anti histamin golongan apakah yang memiliki efek paling kuat ?
5. Apakah obat antihistamin dapat digunakan sebagai terapi pada swamedikasi, tanpa adanya resep dokter ?
6. Apakah efek samping yang paling sering terjadi pada penggunaan obat anti histamin ?
7. Manakah antihistamin yang memiliki efek paling kuat diantara turunan kolamin, etilendiamin, dan propilamin ?
8. Apakah terdapat perbedaan antara antihistamin golongan propilamin yang jenuh dan tidak jenuh ?
9. Bagaimana efek antihistamin pada organ dan jaringan tubuh ?
7. Manakah antihistamin yang memiliki efek paling kuat diantara turunan kolamin, etilendiamin, dan propilamin ?
8. Apakah terdapat perbedaan antara antihistamin golongan propilamin yang jenuh dan tidak jenuh ?
9. Bagaimana efek antihistamin pada organ dan jaringan tubuh ?